Oleh: JOKO SUKOCO |
BOLEH DI KLIK
CARA MEMPERLAKUKAN ANAK DAN RESIKONYA. Siapapun
mendambakan kehadiran seorang anak dalam hidupnya. Bagaimana memperlakukan
mereka setelah lahir dan apa resiko dari perlakuan kita dapat dibaca dalam
pembahasan berikut.
Pembahasan ini
terdiri atas dua bagian yaitu (1) cara memperlakukan anak yang terdiri dari 7
(tujuh) buah sub pembahasan yang diurutkan sejak kelahiran hingga dewasa, sedangkan
bagian yang kedua (2) yaitu tentang resiko perlakuan kita terhadap anak
keturunan kita.
A. CARA MEMPERLAKUKAN ANAK
1. Menebus mereka dan mencukur rambut
Begitu anak kita lahir, maka kita
seyogyanya segera menebusnya.
Anak adalah titipan Sang Pencipta kepada kita, oleh karena itu agar kita
segera dapat mewarnai terhadap kehidupannya, maka segera kita menebusnya dengan
cara menyembelih seekor kambing jika anak kita perempuan dan dua (2) ekor
kambing jika anak kita laki-laki. Adapun
pencukuran rambut bisa dilakukan seluruhnya atau sebagian saja.
2.
Memberi
nama, mendidik adab, dan berprasangka
baik terhadap mereka
Segera setelah kita menebus anak
kita, maka kita segera memberi nama yang baik. Anak yang sedang kita beri nama
masih dalam kondisi yang lemah dan belum memiliki ilmu pengetahuan, sehingga
nama apapun yang kita berikan kepadanya, akan diterimanya dengan keprasahan
total (100 %). Anak kita tidak akan memprotes keputusan kita tentang nama yang
kita berikan, oleh karena itu kekuasaan penuh berada di tangan kita, maka
berikanlah nama yang baik yang minimal menunjukkan arti bahwa si anak adalah
hamba Tuhan
Sesudah memberi nama yang baik, kita mulai mendidiknya dengan
adat istiadat yang baik agar kelak memiliki moral yang baik. Anak yang sejak
kecil tidak diperkenalkan dan diajari dengan budi pekerti yang baik, maka akan
tumbuh menjadi anak yang kurang sopan dan banyak dihindari oleh sesamanya dalam
pergaulan sehari-hari.
Kita harus berprasangka baik terhadap
anak, karena apapun bentuknya maka anak kita adalah termasuk ciptaan Tuhan.
Kita harus selalu ingat bahwa semua yang diciptakan Tuhan, mesti ada
manfaatnya, termasuk anak kita. Kita tidak boleh berprasangka jelek kepada
mereka misalnya dengan memberi julukan akan kejelekannya (Si pincang, Si bego,
Si tolol dll).
3.
Cintailah
mereka, penuhi janjimu pada mereka, karena pengetahuan mereka masih lemah terhadap
rejeki pemberian Tuhan
Kita boleh mencinyai anak-anak kita
tetapi persentasenya tidak boleh melebihi cinta kita kepada Tuhan dan
UtusanNYA. Urutan cinta kita tertinggi adalah kepada Tuhan, lalu kepada
UtusanNYa, kemudian kepada kedua orangtua kita, dan barulah kepada anak-anak
kita. Jadi cinta kita kepada anak tidak boleh melebihi cinta kita terhadap
orangtua, cinta kita terhadap orangtua tidak boleh melebihi cinta kita terhadap
UtusanNYA, dan seterusnya hingga yang tertinggi kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Apabila kita berjanji pada anak-anak
kita, maka segeralah kita penuhi janji kita padanya. Kita biasanya membuat
janji-janji yang bersifat duniawi terhadap anak-anak kita. Apabila mereka
berhasil ini itu, maka kita akan ini itu kepada mereka. Karena harus segera
dipenuhi, maka jika kita menjanjikan sesuatu pada mereka, maka yang kita
janjikan haruslah sesuatu yang mudah kita penuhi.
Dasar mencintai/menyayangi dan
memenuhi janji adalah bahwa pengetahuan mereka tentang rejeki masih sangat
lemah. Mereka tahunya bahwa yang dapat memberi
makan/minum/pakaian/rumah(perlindungan) dan lain-lain adalah orangtuanya.
Mereka juga baru mengerti bahwa yang dapat member reward (ganjaran) atau pemberian karena pemenuhan janji adalah
orangtua mereka. Oleh karena itu, jika akidah mereka tentang rejeki sudah
sesuai dengan tuntunan Tuhan, maka kita tidak perlu berjanji-janji dan
mencintai mereka melebihi cinta dan janji kita kepada Utusan dan kepada Tuhan
4. Mengasuh dengan baik
Jika anak kita perempuan maka kita wajib
membekali mereka dengan keterampilan-keterampilan kewanitaan. Apabila mereka
sudah dewasa dan ada lelaki yang melamarnya segera kita kawinkan mereka.
Mengasuh anak laki-laki batasannya adalah mencukupkan hingga dewasa. Kita bekali
mereka dengan ilmu-ilmu agama dan kefadolan ilmu dunia untuk bekal hidupnya
kelak. Kita tidak perlu mengawal
kehidupanya setelah mereka dewasa, karena mereka sudah menjadi manusia seperti
kita yang derajadnya di sisi Tuhan adalah sama kecuali ketaqwaannya. Kesimpulannya
bahwa kita harus membekali anak-anak kita dengan dengan bekal rohani yang
berupa ilmu agama dan ilmu pengetahuan yang lain.
5. Ajari mereka berolah raga
Hal ini berarti bahwa kita harus memberi
mereka waktu, sarana dan kebutuhan lain untuk melakukan olah raga. Kebutuhan
ini termasuk kebutuhan jasmani. Anak-anak kita akan tumbuh sehat secara jasmani
dan berbadan kuat. Hal ini diperlukan manakala anak-anak kita diperlukan dan
memang harus berjuang dalam agama (berjalan di jalan Tuhan)
6. Berlaku adil terhadap mereka
Berapapun jumlah anak kita, kita
harus memperlakukan mereka secara adil. Adil dalam hal ini tidak berarti sama
rata, tetapi lebih bersifat proporsional. Sebagai contoh: jika anak kita hanya
satu (anak tunggal), lalu kita semangat sekali dalam mempersiapkan dia untuk
menghadapi hidupnya hingga kita sendiri lupa akan kebutuhan kita selaku makhluk
Tuhan, ini berarti kita tidak bertindak adil untuk dia. Contoh riilnya adalah
kita keluarkan biaya yang banyak untuk dia tetapi kita keluarkan biaya sedikit
untuk kebutuhan beribadah kita pada Tuhan.
7. Menjamin akan beribadah sesudah
kematian kita
Ada tiga (3) hal yang harus kita
lakukan dalam menjamin bahwa anak-anak kita akan tetap beribadah sesudah
kematian kita yaitu:
a) Mengajak mereka untuk melakukan
peribadatan ketika mereka sudah menginjak umur 7 (tujuh) tahun,
b) Memberi hukuman fisik (memukul)
mereka jika lalai dalam beribadah setelah menginjak umur 10 tahun
c) Kita harus selalu mengecek apakah
mereka dalam kesehariannya selalu beribadah sesuai dengan yang kita jalankan
B. RESIKO PERLAKUAN KITA TERHADAP ANAK
Menjadikan kita kikir dan penakut
Apabila kita salah dalam
memperlakukan anak kita, kita akan menjadi orang yang kikir dan menjadi orang yang penakut.
1. Jika tidak menebus dan mencukur
rambut mereka kita akan kikir
mengeluarkan harta di jalan Tuhan, untuk anak saja tidak mauapalagi untuk yang
lain. Kita akan selalu dibayangi rasa khawatir jika terjadi sesuatu pada anak
kita (takut akan penyakit, musibah, bencana dll)
2. Jika kita tidak memberi nama, mendidik adab, dan berprasangka baik
terhadap mereka kita akan menjadi kikir
dalam arti tidak banyak harta yang kita keluarkan untuk nama, pendidikan adab,
dan persangkaan yang baik. Kita juga akan selalu takut akan ejekan,
kekurangajaran, dan prasangka jelek dari orang lain terhadap anak-anak kita.
3. Jika kita tidak mencintai mereka, memenuhi
janji kita padanya, karena pengetahuan mereka masih lemah terhadap
rejeki pemberian Tuhan kita akan menjadi pelit terhadap mereka dan akibatnya
mereka tidak lagi menghormati kita sebagai orangtuanya, padahal kita masih
hidup bersama mereka.
4. Jika kita tidak mengasuh mereka
dengan baik berarti mereka akan diasuh dengan jelek oleh pihak lain (bisa
syetan). Kita akan dikatakan kikir
karena membiarkan pihak lain mengasuh anak kita. Kita akan selalu dinaungi rasa
ketakutan terus menerus kalau-kalau anak kita nantinya tidak berbakti kepada
kita, apalagi sesudah kita meninggal
5. Jika kita tidak mengajari mereka
berolah raga maka minimal anak kita akan
mengatakan bahwa kita tidak gaul (kikir
pergaulan) dan kita selalu was-was jika anak kita pergi dari rumah dalam waktu
yang agak lama.
6. Jika kita tidak berlaku adil pada
mereka orang lain akan member cap kepada kita bahwa kita orang yang kikir terhadap anaknya sendiri dan kita
akan merasa takut di masa tua nanti
(jika umur kita sampai tua) bahwa anak-anak kita akan meninggalkan kita (fisik
/ non-fisik)
7. Jika kita tidak berusaha menjamin
bahwa anak kita akan beribadah sesudah kematian kita, maka kita akan selalu ketakutan (bukan takut) akan datangnya azab sesudah kematian kita (walaupun kita
masih dalam kondisi hidup di dunia).
Semoga bermanfaat
TERIMA KASIH
Klik bawah ini, jika anda menyukai tulisan ini. Kembaki ke MENU klik di bawah SUKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar