Selasa, 05 Februari 2013

Cara memperlakukan anak dan resikonya


Oleh: JOKO SUKOCO

BOLEH DI KLIK



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAV9DA-s204hU7VtBzW6AeimdUE4IeUueSGBcqCotAZzNylL0Ca9LV_l3ay1XmRH1nGgAAcW-PoLsX6EMiVDQA3Ml-pxdqyX0kp03wMN7w_cguxB2ZYsS1Ke0C7C2gAZZB8RyRsu_OZjmR/s1600/mengasuh+anak.jpeg

CARA MEMPERLAKUKAN ANAK DAN RESIKONYA. Siapapun mendambakan kehadiran seorang anak dalam hidupnya. Bagaimana memperlakukan mereka setelah lahir dan apa resiko dari perlakuan kita dapat dibaca dalam pembahasan berikut.


Pembahasan ini terdiri atas dua bagian yaitu (1) cara memperlakukan anak yang terdiri dari 7 (tujuh) buah sub pembahasan yang diurutkan sejak kelahiran hingga dewasa, sedangkan bagian yang kedua (2) yaitu tentang resiko perlakuan kita terhadap anak keturunan kita.
A.    CARA MEMPERLAKUKAN ANAK

1.      Menebus mereka dan mencukur rambut
Begitu anak kita lahir, maka kita seyogyanya  segera  menebusnya.  Anak adalah titipan Sang Pencipta kepada kita, oleh karena itu agar kita segera dapat mewarnai terhadap kehidupannya, maka segera kita menebusnya dengan cara menyembelih seekor kambing jika anak kita perempuan dan dua (2) ekor kambing jika anak kita laki-laki.  Adapun pencukuran rambut bisa dilakukan seluruhnya atau sebagian saja.

2.     Memberi  nama, mendidik adab, dan berprasangka baik terhadap mereka

Segera setelah kita menebus anak kita, maka kita segera memberi nama yang baik. Anak yang sedang kita beri nama masih dalam kondisi yang lemah dan belum memiliki ilmu pengetahuan, sehingga nama apapun yang kita berikan kepadanya, akan diterimanya dengan keprasahan total (100 %). Anak kita tidak akan memprotes keputusan kita tentang nama yang kita berikan, oleh karena itu kekuasaan penuh berada di tangan kita, maka berikanlah nama yang baik yang minimal menunjukkan arti bahwa si anak adalah hamba Tuhan

Sesudah memberi  nama yang baik, kita mulai mendidiknya dengan adat istiadat yang baik agar kelak memiliki moral yang baik. Anak yang sejak kecil tidak diperkenalkan dan diajari dengan budi pekerti yang baik, maka akan tumbuh menjadi anak yang kurang sopan dan banyak dihindari oleh sesamanya dalam pergaulan sehari-hari.

Kita harus berprasangka baik terhadap anak, karena apapun bentuknya maka anak kita adalah termasuk ciptaan Tuhan. Kita harus selalu ingat bahwa semua yang diciptakan Tuhan, mesti ada manfaatnya, termasuk anak kita. Kita tidak boleh berprasangka jelek kepada mereka misalnya dengan memberi julukan akan kejelekannya (Si pincang, Si bego, Si tolol dll).

3.     Cintailah mereka, penuhi  janjimu pada mereka,  karena pengetahuan mereka masih lemah terhadap rejeki pemberian Tuhan

Kita boleh mencinyai anak-anak kita tetapi persentasenya tidak boleh melebihi cinta kita kepada Tuhan dan UtusanNYA. Urutan cinta kita tertinggi adalah kepada Tuhan, lalu kepada UtusanNYa, kemudian kepada kedua orangtua kita, dan barulah kepada anak-anak kita. Jadi cinta kita kepada anak tidak boleh melebihi cinta kita terhadap orangtua, cinta kita terhadap orangtua tidak boleh melebihi cinta kita terhadap UtusanNYA, dan seterusnya hingga yang tertinggi kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Apabila kita berjanji pada anak-anak kita, maka segeralah kita penuhi janji kita padanya. Kita biasanya membuat janji-janji yang bersifat duniawi terhadap anak-anak kita. Apabila mereka berhasil ini itu, maka kita akan ini itu kepada mereka. Karena harus segera dipenuhi, maka jika kita menjanjikan sesuatu pada mereka, maka yang kita janjikan haruslah sesuatu yang mudah kita penuhi.

Dasar mencintai/menyayangi dan memenuhi janji adalah bahwa pengetahuan mereka tentang rejeki masih sangat lemah. Mereka tahunya bahwa yang dapat memberi makan/minum/pakaian/rumah(perlindungan) dan lain-lain adalah orangtuanya. Mereka juga baru mengerti bahwa yang dapat member reward (ganjaran) atau pemberian karena pemenuhan janji adalah orangtua mereka. Oleh karena itu, jika akidah mereka tentang rejeki sudah sesuai dengan tuntunan Tuhan, maka kita tidak perlu berjanji-janji dan mencintai mereka melebihi cinta dan janji kita kepada Utusan dan kepada Tuhan

4.     Mengasuh dengan baik
Jika anak kita perempuan maka kita wajib membekali mereka dengan keterampilan-keterampilan kewanitaan. Apabila mereka sudah dewasa dan ada lelaki yang melamarnya segera kita kawinkan mereka. Mengasuh anak laki-laki batasannya adalah mencukupkan hingga dewasa. Kita bekali mereka dengan ilmu-ilmu agama dan kefadolan ilmu dunia untuk bekal hidupnya kelak.  Kita tidak perlu mengawal kehidupanya setelah mereka dewasa, karena mereka sudah menjadi manusia seperti kita yang derajadnya di sisi Tuhan adalah sama kecuali ketaqwaannya. Kesimpulannya bahwa kita harus membekali anak-anak kita dengan dengan bekal rohani yang berupa ilmu agama dan ilmu pengetahuan yang lain.

5.     Ajari mereka berolah raga
Hal ini berarti bahwa kita harus memberi mereka waktu, sarana dan kebutuhan lain untuk melakukan olah raga. Kebutuhan ini termasuk kebutuhan jasmani. Anak-anak kita akan tumbuh sehat secara jasmani dan berbadan kuat. Hal ini diperlukan manakala anak-anak kita diperlukan dan memang harus berjuang dalam agama (berjalan di jalan Tuhan)

6.     Berlaku adil terhadap mereka
Berapapun jumlah anak kita, kita harus memperlakukan mereka secara adil. Adil dalam hal ini tidak berarti sama rata, tetapi lebih bersifat proporsional. Sebagai contoh: jika anak kita hanya satu (anak tunggal), lalu kita semangat sekali dalam mempersiapkan dia untuk menghadapi hidupnya hingga kita sendiri lupa akan kebutuhan kita selaku makhluk Tuhan, ini berarti kita tidak bertindak adil untuk dia. Contoh riilnya adalah kita keluarkan biaya yang banyak untuk dia tetapi kita keluarkan biaya sedikit untuk kebutuhan beribadah kita pada Tuhan.

7.     Menjamin akan beribadah sesudah kematian kita
Ada tiga (3) hal yang harus kita lakukan dalam menjamin bahwa anak-anak kita akan tetap beribadah sesudah kematian kita yaitu:
a)    Mengajak mereka untuk melakukan peribadatan ketika mereka sudah menginjak umur 7 (tujuh) tahun,
b)  Memberi hukuman fisik (memukul) mereka jika lalai dalam beribadah setelah menginjak umur 10 tahun
c) Kita harus selalu mengecek apakah mereka dalam kesehariannya selalu beribadah sesuai dengan yang kita jalankan

B.     RESIKO PERLAKUAN KITA TERHADAP ANAK
Menjadikan kita kikir dan penakut
Apabila kita salah dalam memperlakukan anak kita, kita akan menjadi orang yang kikir dan menjadi orang yang penakut.
1.  Jika tidak menebus dan mencukur rambut mereka kita akan kikir mengeluarkan harta di jalan Tuhan, untuk anak saja tidak mauapalagi untuk yang lain. Kita akan selalu dibayangi rasa khawatir jika terjadi sesuatu pada anak kita (takut akan penyakit, musibah, bencana dll)
2.    Jika kita tidak memberi  nama, mendidik adab, dan berprasangka baik terhadap mereka kita akan menjadi kikir dalam arti tidak banyak harta yang kita keluarkan untuk nama, pendidikan adab, dan persangkaan yang baik. Kita juga akan selalu takut akan ejekan, kekurangajaran, dan prasangka jelek dari orang lain terhadap anak-anak kita.
3. Jika kita tidak mencintai mereka, memenuhi  janji kita padanya,  karena pengetahuan mereka masih lemah terhadap rejeki pemberian Tuhan kita akan menjadi pelit terhadap mereka dan akibatnya mereka tidak lagi menghormati kita sebagai orangtuanya, padahal kita masih hidup bersama mereka.
4. Jika kita tidak mengasuh mereka dengan baik berarti mereka akan diasuh dengan jelek oleh pihak lain (bisa syetan). Kita akan dikatakan kikir karena membiarkan pihak lain mengasuh anak kita. Kita akan selalu dinaungi rasa ketakutan terus menerus kalau-kalau anak kita nantinya tidak berbakti kepada kita, apalagi sesudah kita meninggal
5.  Jika kita tidak mengajari mereka berolah raga  maka minimal anak kita akan mengatakan bahwa kita tidak gaul (kikir pergaulan) dan kita selalu was-was jika anak kita pergi dari rumah dalam waktu yang agak lama.
6.  Jika kita tidak berlaku adil pada mereka orang lain akan member cap kepada kita bahwa kita orang yang kikir terhadap anaknya sendiri dan kita akan merasa takut di masa tua nanti (jika umur kita sampai tua) bahwa anak-anak kita akan meninggalkan kita (fisik / non-fisik)
7.  Jika kita tidak berusaha menjamin bahwa anak kita akan beribadah sesudah kematian kita, maka kita akan selalu ketakutan (bukan takut) akan datangnya azab sesudah kematian kita (walaupun kita masih dalam kondisi hidup di dunia).

Semoga bermanfaat

TERIMA KASIH


Klik bawah ini, jika anda menyukai tulisan ini. Kembaki ke MENU klik di bawah SUKA

---BERANDA---SENI---SCIENCE---AGAMA---FILSAFAT---CARA2---GAMBAR POUR NOW---HERBAL KOCOK

Tulisan Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar