Kamis, 21 Maret 2013

Cara memahami keesaan Tuhan

Oleh: JOKO SUKOCO

BOLEH DI KLIK



http://2.bp.blogspot.com/-wZbyq3XfXvY/UUvS32noi6I/AAAAAAAAArE/CizuUqyaEwU/s1600/ketuhanan.jpg
CARA MEMAHAMI KEESAAN TUHAN. Negara Republik Indonesia berdasarkan Panca Sila. Sila yang pertama berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa. Semua agama yang berkembang di negeri ini mengakui tentang keesaan Tuhan. Ternyata masing-masing individu memiliki tingkat pemahaman yang berbeda-beda terhadap “keesaan Tuhan”. Bagaimana hal ini dapat terjadi? Kita ikuti ulasan berikutnya


1.     Masa Kanak-kanak
Pada waktu kita berada di TK (Taman Kanan-kanak), kita sudah mulai dikenalkan dengan “keesaan Tuhan”. Minimal dalam hal ini adalah bahwa kita diajari hafalan tentang dasar negara Republik Indonesia yaitu Panca Sila. Kita pada waktu itu belum mengerti apa itu makna “Esa”, apalagi ditambah dengan konsep “Maha”. Kita hanya tahu bahwa Pancasila , ….., satu, ….. Ketuhanan Yang Maha Esa, …. Dua ….. dan seterusnya

2.Masa Sekolah
Setelah kita memasuki bangku SD (Sekolah Dasar), kita dikenalkan dengan Tuhan oleh guru Pendidikan Agama di sekolah kita masing-masing. Di samping itu, kita juga mendapat pengertian tentang “Tuhan” dari pendidikan-pendidikan non-formal yang kita terima, misalnya dari masjid, gereja, vihara, dan lain-lain. Selain Pendidikan Agama, kita juga mendapatkan mata pelajaran matematika yang mengajari kita cara menghitung benda. Kita mengenal konsep bilangan “satu” yang dalam bahasa jawa kuno bernama “esa”. Kita juga dikenalkan dengan mata pelajaran Kewarganegaraan yang memperkenalkan konsep dasar negara yang berupa Panca Sila, di mana sila yang pertamanya adalah Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dari ketiga mata pelajaran (Pendidikan Agama, Matematika, dan Pendidikan Kewarganegaraan) kita lalu menyimpulkan sendiri tentang konsep “Keesaan Tuhan”. Tuhan adalah sesembahan manusia. Tuhan memiliki sifat Yang ESA. Berarti Tuhan jumlahnya - dari sisi matetamita- hanya satu(tunggal). Satu (1) berarti bukan minus satu (-1), atau juga bukan nol (0), dan juga bukan lebih dari satu (>1) atau jamak.  Konsep “Keesaan Tuhan” semacam ini terus berkembang hingga kita memasuki masa dewasa.

3. Masa Dewasa
Kita berkembang masing-masing menuju ke arah kedewasaan kita sendiri-sendiri. Sejalan dengan itu, maka perkembangan konsep tentang “Keesaan Tuhan” juga berjalan sendiri-sendiri. Kita lihat konsep itu dari beberapa agama (untuk yang memilih beragama) dan dari pandangan yang tidak memilih agama (menganggap bahwa semua agama itu sama)

a.      Golongan yang menganggap semua agama itu sama
Perkembangan pemikiran tentang konsep “Keesaan Tuhan” dari golongan ini hampir-hampir bersifat stagnan. Konsep yang mereka peroleh sewaktu berada di bangku sekolah, dibawa terus hingga dewasa dan tidak ada perubahan yang berarti. Mereka hanya memiliki pemikiran bahwa Tuhan itu ya hanya satu (Esa)  Tuhan merupakan sesuatu yang wajib disembah. Urusan kehidupan di dunia ini menjadi urusan manusia. Golongan ini cenderung menjadi golongan sekuler, sehingga perpindahan dari satu agama ke agama lain tidak menjadi masalah, “toh Tuhan dan tujuannya sama”, begitu kata mereka.

b.      Golongan yang memilih Agama Hindu
Golongan ini, memiliki konsep yang berbeda dengan golongan yang lain dalam hal “Keesaan Tuhan”. Golongan ini memiliki konsep bahwa Brahman (Tuhan) tidak terjangkau pemikiran manusia atau tidak berwujud, namun jikalau Brahman menghendaki dirinya terlihat dan terwujud, hal itu sangat mudah dilakukan. Dapat dikatakan bahwa ketuhanan dalam agama Hindu adalah perpaduan dari monoteisme transenden (kesadaran yang awal), monoteisme imanen (kesadaran selanjutnya), dan monisme (kesadaran selanjutnya). Sekali lagi, ditegaskan dalam agama Hindu apapun wujud dan rupanya Tuhan diyakini (setelah adanya kesadaran selanjutnya) hanya satu (esa). Pada awalnya, mereka memiliki kesadaran bahwa Tuhan itu hanya satu (transenden), tetapi karena kesadaran mereka mengatakan bahwa pemikiran mereka tidak bisa menjangkauNYA, lalu timbul kesadaran baru untuk mewujudkan apa yang tadinya diyakini tidak berwujud, untuk kepentingan penghambaan manusia pada Tuhan (imanen). Hal ini terbukti dengan adanya pembagian “kekuasaan”, ada yang mencipta, ada yang memelihara, dan ada yang merusak. Di samping itu muncul spesifikasi-spesifikasi pembagian “kekuasaan”, contoh ada yang mengurus bumi, ada yang mengurus matahari, ada yang mengurus angin dll /banyak dewa ( monisme).

c.       Golongan yang memilih Agama Kristen
Dalam memahami konsep tentang “Keesaan Tuhan”, golongan ini juga memiliki konsep yang berbeda dengan golongan lain. Golongan ini memiliki beberapa golongan lagi dengan konsep “Keesaan Tuhan” yang berbeda. Ada sebagian golongan yang mengatakan bahwa pada mulanya Tuhan Allah adalah Esa, Bapa, kemudian, Anak dan Roh Kudus. Mereka  adalah modalitas atau cara menampakkan diri Tuhan Allah Yang Esa itu. Semula, yaitu di dalam P.L Tuhan Allah menampakkan diri-Nya di dalam wajah atau modus Bapa, yaitu sebagai pencipta dan pemberi hukum. Sesudah itu Tuhan Allah menampakkan dirinya di dalam wajah Anak, yaitu sebagai juru Selamat yang melepaskan umatNya, yang dimulai dari kelahiran Kristus. Hingga kenaikanNya ke Sorga. Akhirnya Tuhan Allah sejak hari pentekusta menampakkan diriNya di dalam wajah Roh Kudus, yaitu sebagai Yang Menghidupkan. Jadi ketiga sebutan tadi adalah suatu urut-urutan penampakan Tuhan di dalam sejarah.

Golongan lain berpendapat bahwa Tuhan Allah adalah satu atau Esa, sebagai lawan dari segala yang banyak. Tuhan ini menjadi sebab segala sesuatu yang berada. Dengan perantaraan Logos atau Firman, Tuhan Allah , yang Roh adanya itu, berhubungan dengan dunia benda. Logos ini berdiri sendiri sebagai suatu zat, yang memiliki kesadaran ilahi dan asas-asas duniawi. Ia adalah gambaran Allah yang sempurna. Sejak kekal ia dilahirkan dari Allah. Karena kekuasaan kehendak ilahi, ia terus-menerus dilahirkan dari zat ilahi. Ia memiliki tabiat yang sama dengan Allah, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Ia satu dengan Allah, akan tetapi sebagai yang keluar dari Allah Bapa, Ia lebih rendah daripada Allah Bapa. Ia adalah pangkat pertama dari perpindahan dari “Yang Esa” kepada “Yang Banyak”, atau pangkat kedua di dalam zat Allah.

d.      Golongan yang memilih Agama Islam
Konsep keesaan Tuhan dalam agama Islam disebut dengan tauhid. Kalimat yang digunakan adalah: la ilah ha ilalloh yang berarti tidak ada Tuhan selain Alloh. Jadi, dalam agama Islam, cara memahami tentang keesaan Tuhan adalah dimulai dengan keadaan kosong (tidak ada) Tuhan, barulah muncul kesadaran akan keberadaan Tuhan yaitu Alloh. Tuhan yang satu itu pengertian lebih jelasnya dapat dilihat dalam pembahasan berikut ini.

Tauhid adalah menafikan sekutu bagi  Allah SWT pada zat, sifat, ibadah, dan perbuatan. Tuhan Yang Satu itu, Al-Qur’an menjelaskan dalam surah Al-Ikhlas yang tafsirnya berbunyi: “Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa”. “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu”. “Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan”.“Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”.(Al-Ikhlas:1-4. Tuhan itu satu Zat-Nya, tak ada sekutu bagi-Nya, Dia Maha Tunggal, tak ada yang menyamai-Nya. Maha Tinggi, tak ada lawan-Nya. Maha sendiri, tak ada yang sepadan dengan-Nya. Dia Satu. Qadim, tak ada awal-Nya. Azali, tak ada permulaan-Nya. Dia terus ada, tak berakhir. Abadi, tak berkesudahan. Dia mengatur makhluk-Nya, tak berhenti. Kekal, tak berlalu. Selalu dan selamanya bersifat agung, tak akan habis, dan tak terpisahkan dengan berlalunya masa dan habisnya waktu.

Tuhan itu bukan zat  yang berbentuk, bukan materi yang memiliki batas dan ukuran. Dia tak sama dengan zat-zat lain, tak dapat diukur, tak bisa dibagi. Dia tak sama dengan sesuatu. Dia tak menyerupai sesuatu. Dia tak dibatasi ukuran, tak dilingkupi daerah, dan tak dikelilingi arah, tak juga diliputi langit dan bumi. Dia bertahta di Arsy sebagaimana yang Dia katakan dan arti  yang dikehendaki-Nya. Tahta yang suci dari menyentuh, menetapi, menempati, mendiami, dan berpindah.

Kedekatan-Nya tak sama dengan dekatnya zat, begitu pula Zat-Nya. Dia tak menempati sesuatu, dan tak sesuatupun menempati-Nya. Maha Tinggi Dia dari ruang lingkup tempat. Maha suci dia dari batas masa. Dia ada sebelum menciptakan masa dan tempat. Dan Dia saat ini tetap seperti ada-Nya. Tuhan itu esa (satu) bukan dalam pengertian matematika. Kalau Tuhan itu satu(esa) dan pengertian satu (esa) nya sama seperti dalam matematika berarti Tuhan itu sama dengan makhluk, karena makhluk memiliki sifat berbilang satu (esa)

Dapat disimpulkan bahwa umat Islam berkesadaran bahwa berawal dari kesadaran akan TIDAK adanya tuhan, lalu muncul kesadaran bahwa ketidakadaan itu kecuali (ADA) yang bernama ALLOH. Kemudian ALLOH itu BERBEDA DENGAN MAKHLUK. TITIK. Kalau tadi dijelaskan panjang lebar mengenai ALLOH itu, semuanya adalah sifat yang berlawanan dengan makhluk (termasuk apa saja yang dapat dipikirkan oleh manusia). Pemikiran ini sama dengan pemikiran umat Hindu maupun umat Kristen pada tahap awal. Itulah sebabnya mengapa umat Islam tidak setuju dengan pemikiran umat-umat yang lain, yaitu pada kesadaran yang muncul sesudah kesadaran akan “keesaan’ Tuhan yang terjadi pada agama Hindu maupun Kristen.


Semoga bermanfaat

TERIMA KASIH


Klik bawah ini, jika anda menyukai tulisan ini. Kembaki ke MENU klik di bawah SUKA

---BERANDA---SENI---SCIENCE---AGAMA---FILSAFAT---CARA2---GAMBAR POUR NOW---HERBAL KOCOK

Tulisan Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar