Oleh: JOKO SUKOCO |
BOLEH DI KLIK

CARA MEMAHAMI KEESAAN TUHAN. Negara Republik
Indonesia berdasarkan Panca Sila. Sila yang pertama berbunyi Ketuhanan Yang
Maha Esa. Semua agama yang berkembang di negeri ini mengakui tentang keesaan
Tuhan. Ternyata masing-masing individu memiliki tingkat pemahaman yang
berbeda-beda terhadap “keesaan Tuhan”. Bagaimana hal ini dapat terjadi? Kita
ikuti ulasan berikutnya
1. Masa Kanak-kanak
Pada waktu kita berada di TK (Taman
Kanan-kanak), kita sudah mulai dikenalkan dengan “keesaan Tuhan”. Minimal dalam
hal ini adalah bahwa kita diajari hafalan tentang dasar negara Republik
Indonesia yaitu Panca Sila. Kita pada waktu itu belum mengerti apa itu makna
“Esa”, apalagi ditambah dengan konsep “Maha”. Kita hanya tahu bahwa Pancasila ,
….., satu, ….. Ketuhanan Yang Maha Esa, …. Dua ….. dan seterusnya
2.Masa Sekolah
Setelah kita memasuki bangku SD
(Sekolah Dasar), kita dikenalkan dengan Tuhan oleh guru Pendidikan Agama di
sekolah kita masing-masing. Di samping itu, kita juga mendapat pengertian
tentang “Tuhan” dari pendidikan-pendidikan non-formal yang kita terima,
misalnya dari masjid, gereja, vihara, dan lain-lain. Selain Pendidikan Agama,
kita juga mendapatkan mata pelajaran matematika yang mengajari kita cara
menghitung benda. Kita mengenal konsep bilangan “satu” yang dalam bahasa jawa
kuno bernama “esa”. Kita juga dikenalkan dengan mata pelajaran Kewarganegaraan
yang memperkenalkan konsep dasar negara yang berupa Panca Sila, di mana sila
yang pertamanya adalah Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dari ketiga mata pelajaran
(Pendidikan Agama, Matematika, dan Pendidikan Kewarganegaraan) kita lalu
menyimpulkan sendiri tentang konsep “Keesaan Tuhan”. Tuhan adalah sesembahan
manusia. Tuhan memiliki sifat Yang ESA. Berarti Tuhan jumlahnya - dari sisi
matetamita- hanya satu(tunggal). Satu (1) berarti bukan minus satu (-1), atau
juga bukan nol (0), dan juga bukan lebih dari satu (>1) atau jamak. Konsep “Keesaan Tuhan” semacam ini terus
berkembang hingga kita memasuki masa dewasa.
3. Masa Dewasa
Kita berkembang masing-masing menuju
ke arah kedewasaan kita sendiri-sendiri. Sejalan dengan itu, maka perkembangan
konsep tentang “Keesaan Tuhan” juga berjalan sendiri-sendiri. Kita lihat konsep
itu dari beberapa agama (untuk yang memilih beragama) dan dari pandangan yang
tidak memilih agama (menganggap bahwa semua agama itu sama)
a.
Golongan yang menganggap semua agama
itu sama
Perkembangan pemikiran tentang konsep
“Keesaan Tuhan” dari golongan ini hampir-hampir bersifat stagnan. Konsep yang
mereka peroleh sewaktu berada di bangku sekolah, dibawa terus hingga dewasa dan
tidak ada perubahan yang berarti. Mereka hanya memiliki pemikiran bahwa Tuhan
itu ya hanya satu (Esa) Tuhan merupakan
sesuatu yang wajib disembah. Urusan kehidupan di dunia ini menjadi urusan
manusia. Golongan ini cenderung menjadi golongan sekuler, sehingga perpindahan
dari satu agama ke agama lain tidak menjadi masalah, “toh Tuhan dan tujuannya
sama”, begitu kata mereka.
b.
Golongan yang memilih Agama Hindu
Golongan ini, memiliki konsep yang
berbeda dengan golongan yang lain dalam hal “Keesaan Tuhan”. Golongan ini
memiliki konsep bahwa Brahman
(Tuhan) tidak terjangkau pemikiran manusia atau tidak berwujud,
namun jikalau Brahman menghendaki dirinya terlihat dan terwujud, hal itu sangat
mudah dilakukan. Dapat
dikatakan bahwa ketuhanan
dalam agama Hindu adalah perpaduan dari monoteisme transenden (kesadaran yang awal),
monoteisme imanen (kesadaran selanjutnya), dan monisme (kesadaran selanjutnya). Sekali
lagi, ditegaskan dalam agama Hindu apapun wujud dan rupanya Tuhan diyakini (setelah adanya kesadaran selanjutnya) hanya satu (esa). Pada awalnya, mereka memiliki
kesadaran bahwa Tuhan itu hanya satu (transenden), tetapi karena kesadaran
mereka mengatakan bahwa pemikiran mereka tidak bisa menjangkauNYA, lalu timbul
kesadaran baru untuk mewujudkan apa yang tadinya diyakini tidak berwujud, untuk
kepentingan penghambaan manusia pada Tuhan (imanen). Hal ini terbukti dengan
adanya pembagian “kekuasaan”, ada yang mencipta, ada yang memelihara, dan ada
yang merusak. Di samping itu muncul spesifikasi-spesifikasi pembagian
“kekuasaan”, contoh ada yang mengurus bumi, ada yang mengurus matahari, ada
yang mengurus angin dll /banyak dewa ( monisme).
c.
Golongan yang memilih Agama Kristen
Dalam memahami konsep tentang
“Keesaan Tuhan”, golongan ini juga memiliki konsep yang berbeda dengan golongan
lain. Golongan ini memiliki beberapa golongan lagi dengan konsep “Keesaan
Tuhan” yang berbeda. Ada sebagian golongan yang mengatakan bahwa pada mulanya Tuhan Allah
adalah Esa, Bapa, kemudian, Anak dan Roh
Kudus. Mereka adalah modalitas atau cara menampakkan diri
Tuhan Allah Yang Esa itu. Semula, yaitu di dalam P.L Tuhan Allah menampakkan
diri-Nya di dalam wajah atau modus Bapa, yaitu sebagai pencipta dan pemberi
hukum. Sesudah itu Tuhan Allah menampakkan dirinya di dalam wajah Anak, yaitu
sebagai juru Selamat yang melepaskan umatNya, yang dimulai dari kelahiran
Kristus. Hingga kenaikanNya ke Sorga. Akhirnya Tuhan Allah sejak hari
pentekusta menampakkan diriNya di dalam wajah Roh Kudus, yaitu sebagai Yang
Menghidupkan. Jadi ketiga sebutan tadi adalah suatu urut-urutan penampakan
Tuhan di dalam sejarah.
Golongan lain berpendapat bahwa Tuhan Allah
adalah satu atau Esa, sebagai lawan dari segala yang banyak. Tuhan ini menjadi
sebab segala sesuatu yang berada. Dengan perantaraan Logos atau Firman, Tuhan
Allah , yang Roh adanya itu, berhubungan dengan dunia benda. Logos ini berdiri
sendiri sebagai suatu zat, yang memiliki kesadaran ilahi dan asas-asas duniawi.
Ia adalah gambaran Allah yang sempurna. Sejak kekal ia dilahirkan dari Allah.
Karena kekuasaan kehendak ilahi, ia terus-menerus dilahirkan dari zat ilahi. Ia
memiliki tabiat yang sama dengan Allah, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
Ia satu dengan Allah, akan tetapi sebagai yang keluar dari Allah Bapa, Ia lebih
rendah daripada Allah Bapa. Ia adalah pangkat pertama dari perpindahan dari
“Yang Esa” kepada “Yang Banyak”, atau pangkat kedua di dalam zat Allah.
d.
Golongan yang memilih Agama Islam
Konsep keesaan
Tuhan dalam agama Islam disebut dengan tauhid. Kalimat yang digunakan adalah: la ilah ha ilalloh yang berarti tidak ada Tuhan selain
Alloh. Jadi, dalam agama Islam, cara memahami tentang keesaan Tuhan adalah
dimulai dengan keadaan kosong (tidak ada) Tuhan, barulah muncul kesadaran akan
keberadaan Tuhan yaitu Alloh. Tuhan yang satu itu pengertian lebih jelasnya
dapat dilihat dalam pembahasan berikut ini.
Tauhid adalah menafikan sekutu bagi Allah SWT pada zat, sifat, ibadah, dan
perbuatan. Tuhan Yang Satu itu, Al-Qur’an menjelaskan dalam surah Al-Ikhlas yang tafsirnya berbunyi: “Katakanlah:
"Dia-lah Allah, yang Maha Esa”. “Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu”. “Dia tiada beranak dan tidak pula
diperanakkan”.“Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”.(Al-Ikhlas:1-4. Tuhan
itu satu Zat-Nya, tak ada sekutu bagi-Nya, Dia Maha Tunggal, tak ada yang
menyamai-Nya. Maha Tinggi, tak ada lawan-Nya. Maha sendiri, tak ada yang
sepadan dengan-Nya. Dia Satu. Qadim, tak ada awal-Nya. Azali, tak ada
permulaan-Nya. Dia terus ada, tak berakhir. Abadi, tak berkesudahan. Dia
mengatur makhluk-Nya, tak berhenti. Kekal, tak berlalu. Selalu dan selamanya
bersifat agung, tak akan habis, dan tak terpisahkan dengan berlalunya masa dan
habisnya waktu.
Tuhan itu bukan zat yang berbentuk, bukan materi yang memiliki
batas dan ukuran. Dia tak sama dengan zat-zat lain, tak dapat diukur, tak bisa dibagi. Dia
tak sama dengan sesuatu. Dia tak menyerupai sesuatu. Dia tak
dibatasi ukuran, tak dilingkupi daerah, dan tak dikelilingi arah, tak juga
diliputi langit dan bumi. Dia bertahta di Arsy sebagaimana yang Dia katakan dan
arti yang dikehendaki-Nya. Tahta yang suci dari menyentuh, menetapi,
menempati, mendiami, dan berpindah.
Kedekatan-Nya
tak sama dengan dekatnya zat, begitu pula Zat-Nya. Dia tak menempati sesuatu, dan tak sesuatupun
menempati-Nya. Maha Tinggi Dia dari ruang lingkup tempat. Maha suci dia dari
batas masa. Dia ada sebelum menciptakan masa dan tempat. Dan Dia saat ini tetap
seperti ada-Nya. Tuhan itu esa (satu) bukan dalam
pengertian matematika. Kalau Tuhan itu satu(esa) dan pengertian satu (esa) nya
sama seperti dalam matematika berarti Tuhan itu sama dengan makhluk, karena
makhluk memiliki sifat berbilang satu (esa)
Dapat disimpulkan bahwa umat Islam berkesadaran
bahwa berawal dari kesadaran akan TIDAK adanya tuhan, lalu muncul kesadaran
bahwa ketidakadaan itu kecuali (ADA) yang bernama ALLOH. Kemudian ALLOH itu
BERBEDA DENGAN MAKHLUK. TITIK. Kalau tadi dijelaskan panjang lebar mengenai
ALLOH itu, semuanya adalah sifat yang berlawanan dengan makhluk (termasuk apa
saja yang dapat dipikirkan oleh manusia). Pemikiran ini sama dengan pemikiran
umat Hindu maupun umat Kristen pada tahap awal. Itulah sebabnya mengapa umat
Islam tidak setuju dengan pemikiran umat-umat yang lain, yaitu pada kesadaran
yang muncul sesudah kesadaran akan “keesaan’ Tuhan yang terjadi pada agama Hindu maupun
Kristen.
Semoga bermanfaat
Semoga bermanfaat
TERIMA KASIH
Klik bawah ini, jika anda menyukai tulisan ini. Kembaki ke MENU klik di bawah SUKA
---BERANDA---SENI---SCIENCE---AGAMA---FILSAFAT---CARA2---GAMBAR POUR NOW---HERBAL KOCOK
Tulisan Terkait:
AGAMA
- Cara kita mendapatkan rejeki
- Cara meningkatkan pemahaman kita pada Al Qur’an
- Cara manusia beribadah pada Alloh
- Cara membedakan hari ini dengan besuk pagi
- Cara memahami nasehat Umar bin Khattab ra
- Cara mendapatkan keberhasilan diri sendiri
- Cara menikmati kehidupan dunia
- Cara memahami hadist 73
- Cara memahami hadist 4 perkara wanita
- Cara mendapatkan Ramuan Herbal (kocok)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar