BOLEH DI KLIK
CARA MEMAHAMI CERITA BURUNG BEO. Seorang penulis
ceritera dan juga story tellernya kadang-kadang tidak memberikan makna yang
tersirat pada ceritera yang ditulis atau dibawakannya. Para pembaca atau
pendengar diminta sendiri mencari pesan apa yang ada di balik cerita itu. Kali
ini admin akan memberikan pemahaman tentang ceritera burung beo yang sangat
terkenal itu. Ingin tahu cerita dan hikmahnya? Baca terus.
Inilah ceritera burung
beo itu.
Ada seorang kiai memelihara seekor burung beo. Beserta dengan para santrinya, beliau merawat dan ‘mendidik’ burung beo tadi tiap hari untuk melafalkan ucapan-ucapan dzikir. Setelah beberapa waktu maka usaha kiai dan para santrinya membuahkan hasil. Burung beo tadi dapat ‘mengucapkan’: assalamu ‘alaikum, allohu akbar, subkhanalloh’, dan lain-lain ucapan dzikir.
Pada suatu hari, burung beo tadi lepas dari sangkarnya. Dibantu para santrinya, kiai tadi mencari dan memburu burung beo yang lepas itu. Malangnya, burung beo tadi tertangkap kembali setelah ada seorang anak kecil sedang mengendarai sepedanya dan menabrak burung beo itu dan akhirnya burung beo itu terkapar di tanah.
Kiai dan para santrinya lalu memungut burung beo tadi dan dibawanya pulang. Mereka beramai-ramai merawat dan mencoba menyelamatkan burung beo tadi. Akhirnya burung beo tadi sekarat dan mati
Beberapa hari setelah kematian burung beo itu, wajah kiai selalu kelihatan murung. Kemurungan ini membuat salah satu santrinya gusar dan pada suatu pertemuan pengajian, santri tadi memberanikan diri untuk berkata dengan kiai.
Santri:” Kiai, sudilah memaafkan saya, saya akan mengatakan sesuatu “
Kiai :” Baiklah, apa yang akan anda sampaikan?”
Santri:“Beberapa hari setelah kematian si beo itu, saya amati wajah kiai selalu murung. Kalau kemurungan kiai karena itu, maka kami para santri mau menggantikan kedudukan beo itu dengan cara membaca dzikir sebanyak-banyaknya setiap hari”
Kiai :”Hai, kalian melihat ketika burung itu menjalani sakaratul mautnya? Burung itu hanya mengeluarkan bunyi kraak, kraak, tidak berdzikir seperti biasanya. Aku sedang memikirkan diriku. Bisakah aku mati secara khusnul khotimah? ”
Inilah pemahaman dari ceritera itu
Kiai sangat berduka karena melihat keadaan si beo pada waktu menghadapi sakaratul maut. Si beo tidak berdzikir seperti biasanya, tetapi hanya mengeluarkan suara kraak, kraak seperti burung-burung lainnya.
Kiai sangat berduka karena melihat keadaan si beo pada waktu menghadapi sakaratul maut. Si beo tidak berdzikir seperti biasanya, tetapi hanya mengeluarkan suara kraak, kraak seperti burung-burung lainnya.
Klik pemahaman 1,lalu baca penjelasan di atas!
Klik pemahaman 2,lalu baca penjelasan di atas!
Klik pemahaman 3,lalu baca penjelasan di atas!
Klik pemahaman 4,lalu baca penjelasan di atas!
Tekan tombol ini untuk mengakhiri!
semoga bermanfaat
TERIMA KASIH
Klik bawah ini, jika anda menyukai tulisan ini. Kembaki ke MENU klik di bawah SUKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar